MERANTAULAH DAN KAMU AKAN MENGERTI
Melangkah
Jauh, Menemukan Arti
Oleh:
Kustinah S. Parto
“Dialah
yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya
kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
(QS. Al-Mulk :15)
Keberanian Untuk Memulai Perjalanan
Pagi itu cuaca
di kotaku Semarang sangat cerah, saya berangkat menuju bandara A. Yani diantar
oleh bapak, ibu dan adik adik. Sungguh perasaanku berkecamuk antara sedih dan
gembira. Sedih karena akan berpisah dengan orang-orang yang saya cintai.
Juga sedih karena akan meninggalkan kota
tercinta tempat aku lahir, dibesarkan dan menempuh pendidikan sampai Perguruan
Tinggi. Namun merasa senang karena bisa membahagiakan hati ibu dan bapak
memenuhi harapan nya bisa bekerja di Pertamina.
Saya juga merasa senang karena pertama kali naik
pesawat menuju tempat yang jauh, yaitu ke Palembang Sumatera Selatan.
Selama perjalanan dalam mobil saya perhatikan
ibu dan bapak lebih banyak diam. Saya bisa merasakan bagaimana beratnya melepas
anak gadisnya pergi sendiri jauh dari orang tua. Hal yang belum pernah
dilakukan sebelumnya.
Perbekalan, ibu telah membantu menyiapkan
semuanya. Saya mengikuti saja apa yang ibu beri masukan. Yang selalu saya ingat
pesan beliau adalah niat yang lurus hanya mencari Ridho Allah. Juga menjaga
sholat wajib, sholat Tahajud dan menjaga adab sopan santun. Jangan sampai ada
musuh. Berteman dan bersahabat dengan teman yang saling mengingatkan dalam
kebaikan. Serta pesan ibu untuk menjaga makan yang halal dan
baik.
Setelah masuk ke
kabin pesawat, saya duduk sesuai nomor tempat duduk di kelas ekonomi yang sudah
ditentukan.
Pesawat transit
di Jakarta kemudian kami turun menunggu di ruang transit bandara untuk kemudian
ganti pesawat dan melanjutkan perjalanan ke Palembang.
Alhamdulillah
saya tidak sendiri dari Semarang, ada sekitar 6 orang. Jadi tidak begitu terasa
berat, karena ada teman tempat berbagi cerita.
Sebelum mendarat di bandara Sultan Mahmud Badaruddin-II Palembang,
dari atas jendela kaca pesawat saya dapat melihat Sungai Musi yang mengular
sangat panjang serta lebar, membelah kota. Serta Jembatan Ampera yang menjadi
icon kota Palembang.
Adaptasi dilingkungan baru
Agenda pertama setelah menginjakkan kaki di kota pempek ini adalah
makan pempek dan menghirup cuka nya. Banyak variasi pempek, mulai pempek
kapal selam, pempek lenjer, telur, adaan dan keriting. Serta pempek lenggang
yang menjadi kegemaran saya, yaitu pempek yang dicampur telur dan dipanggang
diatas arang.
Kilang Minyak
Plaju dan Sungai Gerong dilengkapi dengan Komplek Perumahan Pertamina Plaju dan
Sungai Gerong. Perumahan Sungai Gerong posisinya terisolir, sekitar 30 menit
perjalanan dengan Mobil pribadi untuk sampai Palembang. Menyeberangi Sungai
Komering terlebih dahulu untuk sampai Plaju.
Fasilitas komplek perumahan
lumayan lengkap, seperti lapangan volley, lapangan sepak bola, kolam renang
juga ada. Untuk sekolah dari TK sampai SMA. Fasilitas ibadah, Masjid dan Gereja
serta Rumah Sakit.
Di Perumahan Sungai Gerong ada
juga toko yang menjual barang kebutuhan pokok sehari-hari seperti sembako, alat
tulis, dll. Itupun pukul 17.00 sudah tutup. Setelah itu, kami biasa
mengandalkan stock bahan kebutuhan rumah tangga di rumah tetangga sampai menunggu
keesokan paginya toko buka.
Kami ditempatkan di Hotel Taman Macan Sungai Gerong. Hotel
nya bertempat di sebelah lapangan sepak bola dan seberangnya adalah Sungai
Musi. Jadi kami bisa melihat indahnya Sungai Musi dari jendela kamar.
Hotel Taman Macan seperti rumah couple
berderet, satu rumah terdiri dari 2 lantai. Lantai 1 dilengkapi dengan meja
makan, ruang tamu dan kamar mandi. Sedangkan Lantai 2 terdapat 2 kamar. Kami
bertiga, saya sekamar dengan teman dari Semarang, kamar yang lain diisi teman
dari Palembang. Kami cepat akrab satu
sama lain, sehingga hari demi hari kami lalui dengan senang hati.
Sebelum diangkat menjadi pegawai, kami wajib mengikuti pendidikan
selama 9 bulan. Melalui Program Bimbingan Profesi Sarjana Teknik atau
BPST. Kami angkatan 14. Satu angkatan terdiri dari berbagai jurusan Teknik,
Seperti Teknik Kimia, Teknik Mesin, Sipil dan Elektro. Kami yang perempuan dari
Teknik Kimia.
Setiap hari kami diwajibkan mengikuti training di kelas.
Pengajarnya dari dalam Pertamina dan dari luar, yaitu Dosen ITB Bandung. Dari
Senin sampai Sabtu kami mendapatkan pendidikan teori di kelas.
Kegiatan kami mulai pagi olah raga bersama, senam, jogging
mengelilingi lapangan sepak bola kemudian mandi dan sarapan telah disiapkan di
kantin. Sore setelah kelas selesai, mengerjakan tugas atau olah raga.
Kami sering ikut Volley bersama dengan senior kami yang
tinggal di komplek. Yang menyenangkan kalau ibu ibu nya membawa makanan untuk
disantap bareng setelah olahraga. Jadi kami semakin kenal dan akrab dengan ibu
dan bapak yang tinggal di komplek.
Setiap hari sabtu kami diberi fasilitas bus perusahaan untuk
bersama sama ke kota Palembang. Karena waktu itu tahun 1990 belum ada mobile
phone maka tujuan kami adalah ke Wartel atau warung telephone.
Jangan ditanya seperti apa panjang antrian nya. Panjang sekali dan
ramai, karena warga lokal ada juga yang ingin menggunakan fasilitas tersebut.
Dengan sabar kami antri untuk dapat berkomunikasi dengan bapak, ibu dan
adik-adik di Semarang.
Selain itu kami manfaatkan waktu untuk kulineran mencicipi makanan
lokal dan nonton Bioskop. Kadang juga ikut teman sekamar ke rumah orang tuanya
di daerah Pak Djo.
Mengenai keamanan waktu itu menjadi yang dipesankan oleh para
senior. Untuk Hati-hati, karena masih sering terjadi penjambretan, perampokan
dan bahkan pembunuhan.
Pernah suatu ketika saya membeli pempek di sebuah warung pempek di
Plaju. Menggunakan cincin emas di jari. Ibu penjual nya mengingatkan untuk
melepas kalau, nggak ingin jari tangan saya putus kena tebas. Waduh ciut juga
saya, seketika itu saya lepas dan simpan cincin saya.
Pada hari ahad, apabila menerima undangan pesta
pernikahan, saya usahakan untuk hadir. Pesta Pernikahan biasa diadakan di
Gedung Pertemuan Ogan Theather yang ada di komplek Plaju. Undangan nya
selalu banyak, sekitar seribu sampai menambah tenda di ruang gedung. Karena
kekeluargaan warga di sana sangat kuat.
Iring iringan pengantin dan orang tua duduk di pelaminan, setelah
itu biasanya dibuka dengan tarian Pagar Pengantin dimana mempelai wanita ikut
menari. Dengan busana pengantin songket bertabur benang emas maka membuat pesta
pernikahan menjadi mewah.
Untuk hidangan khas pada saat pesta adalah nasi minyak, daging
malbi, ikan pentol, ayam kecap, tumis buncis, pindang ikan atau pindang tulang
dan sambal mangga embem yang bikin nagih serta kemplang atau kerupuk ikan,
buahnya pisang emas kecil yang manis. Saya sangat suka dengan menu makanan khas
Palembang karena rasanya dominan gurih, sedikit pedas dan kaya rempah, tidak
manis seperti kebanyakan makanan Jawa.
Program pendidikan BPST mulai teori di kelas, On The Job Training
atau OJT yang saya mendapat tugas di Dumai serta ujian. Juga ada Pendidikan
Militer di Lahat. Saya dinyatakan lulus dan ditempatkan di Plaju.
Jujur saya menangis mendengar keputusan tersebut, karena jauh dari
tempat tinggal orang tua di Semarang. Harapan saya penempatan di Cilacap.
Meskipun orang tua juga berharap yang sama, namun mereka berusaha menenangkan
saya dan terus memberikan motivasi untuk tetap semangat. “Allah lebih
tahu yang terbaik buat hambanya,” begitu kata bapak.
Merajut Kesuksesan di Tengah Tantangan
Setelah libur pendidikan, saya kembali lagi ke Plaju dengan teman
yang berbeda tentunya. Teman sekamar waktu pendidikan ditempatkan di
Balikpapan. Saya mulai adaptasi dengan kehidupan yang sesungguhnya. Karena
setelah diangkat menjadi pekerja, segala sesuatunya diurus sendiri. Mulai
makan, laundry, transportasi dan untuk hiburan seperti TV harus membeli sendiri.
Kami masih diberi kemudahan untuk tetap tinggal di Hotel Taman
Macan. Sambil menunggu rumah yang siap untuk kami tempati. Gajian pertama kali
saya membeli TV patungan dengan sistem arisan berdua teman sekamar, bulan
pertama menjadi milik saya dan bulan berikutnya giliran teman saya. Bulan
ketiga membeli sepeda untuk dapat dipakai olahraga dan silaturahmi ke rumah
teman.
Bulan keempat alhamdulillah sudah mendapatkan rumah bujang di
Jalan Beruang Sungai Gerong. Meskipun rumah sudah dilengkapi dengan furniture
seperti Tempat tidur, lemari, meja dan kursi tamu, kompor LPG, namun
elektronik lain seperti rice cooker, setrika dan peralatan masak tidak lengkap.
Jadi harus beli sendiri.
Ya Allah, baru tahu bahwa untuk peralatan makan saja lumayan
banyak yang perlu diadakan mulai piring sendok, garpu, mangkok, gelas, cangkir,
pisau dll. Terbayang kalau tidak pernah keluar dari rumah orang tua tidak akan
pernah tahu bahwa segala sesuatu perlu modal tidak tiba tiba ada.
Setelah pindah ke rumah, kakak-kakak senior saya yang sudah
setahun masuk kerja dan nengok pada tertawa. “Kenapa jendela tidak ditutup
gorden, belum ada ya. Pakai punya saya saja, saya sudah ada yang baru”
katanya. Terimakasih kak, jawab saya.
Begitulah keseharian kami, saling mengunjungi dan membantu.
Setelah tinggal di rumah, saya yang biasa tinggal di rumah orang tua biasa
dilayani. Mulai kesulitan untuk berbagi tugas antara rumah dan pekerjaan
kantor. Apalagi pekerja baru, dituntut langsung gas pol kerja dengan target
ketat.
Syukur Alhamdulillah asisten rumah tangga teman ada yang
menawarkan asisten yang sudah pernah kerja, jadi saya tidak perlu mendidik.
Namanya Novi, orang Palembang jadi dia yang membantu saya mencuci pakaian,
masak, membersihkan rumah. Novi tinggal di rumah bersama saya jadi ada teman
cerita.
Dari Novi saya banyak belajar bahasa Palembang. Suatu saat saya
tanya. “Novi kalau ke pasar kamu naik apa? dari rumah naik sepeda bu,
dititip di pos satpam selanjutnya ke Pasar Plaju naik Taxi. Gaya bener ke
pasar naik taxi, dalam hati saya. Saya tanya lagi bayar berapa Nov? dia
menyebut nominal. Murah sekali taxi di Plaju, pikir saya. Suatu saat saya tahu
jawabnya, rupanya yang dimaksud Taxi adalah angkot kayu.
Penempatan kerja pertama saya di Fungsi Process
Engineering. Saat itu saya satu satunya Engineer perempuan. Teman lainnya
bapak-bapak. Teman perempuan di kantor sekretaris dan bagian
administrasi. Saya mulai sebagai Process Engineer.
Karena kami tinggal di Sungai Gerong dan kantor di Plaju, maka
untuk transportasi kami berangkat dan pulang kerja bareng dengan teman teman
menggunakan mobil dinas untuk operasional alokasi fungsi.
Tinggal di Komplek perumahan di unit, teman rasa saudara, karena
kami sama sama merantau. Dengan isteri dan anak-anak nya pun kami akhirnya
dekat. Melalui Volley bersama sore hari, acara Arisan bulanan dari rumah ke
rumah dan Family Gathering dengan Melakukan Musi Trip satu Fungsi.
Tahun ketiga kerja, saya dipertemukan Allah dengan
laki-laki putra daerah Palembang. Kami menikah di Semarang dan suami
mengijinkan saya tetap bekerja.
Suami mengikuti saya tinggal di Komplek Rumah Dinas Perusahaan.
Setelah sebulan menikah saya hamil anak pertama. Alhamdulillah diberi Amanah dari
Allah kemudian melahirkan anak kedua 2,5 tahun kemudian.
Setelah berkeluarga dan diberi amanah Allah anak, kami
berbagi peran dan mengatasi permasalahan bersama., Bahkan karir saya semakin
meningkat, suami selalu mendukung penuh.
Demikian juga saat itu saya ingin melanjutkan kuliah S2 di
Fakultas Teknik Kimia Universitas Sriwijaya dengan biaya sendiri. Suami memberi
izin dan ikut membantu berbagi tugas rumah tangga saat saya sibuk mengerjakan
tugas kuliah.
Menularkan
Pelajaran Hidup ke orang lain
Banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan dari
merantau, seperti jaringan pertemanan bertambah, mempunyai daya juang tinggi,
lebih bertanggung jawab, meningkatkan toleransi. Juga keterampilan memasak saya
meningkat. Saat acara Arisan Fungsi, kami buat acara demo memasak. Ibu-ibu yang
asli Palembang praktek memasak pempek dengan berbagai varian nya.
Pada saat lebaran pulang ke rumah orang tua di Semarang, saya
biasa membawa Pempek dari Palembang. Alhamdulillah orang tua, adik-adik dan
keluarga menyukainya. Ilmu yang saya dapatkan saya bagikan ke keluarga. Selain
itu, saya juga suka memotivasi ponakan, saudara yang sedang silaturahmi ke
rumah orang tua dengan menyebarkan virus merantau.
Juga kepada para orang tua, untuk jangan menghalangi anak-anaknya
bila ingin keluar rumah. Karena sebagai orang tua tidak selamanya dapat
mendampingi anak-anaknya. Dari kecil sudah dipersiapkan dasar akidah Islam yang
kuat, juga prinsip beragama yang benar hanya berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah
Rasul. Maka sebagai orang tua hanya mendoakan, menyerahkan kepada Allah untuk
menjaga anak-anak kita.
Saya tinggal di Palembang selama 20 tahun, kemudian pindah tugas
ke Kantor Pusat Jakarta. Banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan, yang
tadinya sebelum merantau saya gadis suku Jawa lembut, manja, biasa dilayani di
rumah. Setelah merantau bertemu dengan penduduk asli Palembang yang kalau
bicara tegas, suara lebih keras dan lingkungan penuh tantangan. Menjadikan saya
lebih Berani, Percaya Diri menghadapi berbagai masalah yang
ada.
Pulang
sebagai orang yang lebih bijak
Pada suatu saat kesempatan
pulang ke Semarang, ibu pernah menyampaikan bahwa saya berbeda dengan sebelum merantau.
Lebih mandiri, bijaksana dan bertanggung jawab untuk memotivasi Adik-Adik
merantau dan membekali mereka dengan nasehat. Alhamdulillah ketiga adik saya
juga mengikuti jejak saya merantau, ke Bandung, Lampung dan Jakarta.
Berdasarkan Firman Allah swt pada QS.Al-Mulk ayat 15 yang telah
disampaikan di atas, telah jelas bahwa generasi penerus Rasulullah diharapkan
untuk merantau menjelajahi bumi Allah swt yang luas, memperluas wawasan
dan menikmati rezeki yang Allah berikan. Rasulullah Muhammad saw sendiri
memberikan contoh dengan melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah, sebuah
perantauan yang penuh hikmah dan keberkahan.
Semoga apa yang kita upayakan dimudahkan dan diridhoi Allah swt
Aamiin
Saya pernah merantau ke Balikpapan, Kalimantan Timur, selama 6 bulan! Saya pikir ini waktu yang singkat, tapi kenyataannya saya merasakan tekanan luar biasa dalam perantauan karena (katakanlah) hidup sendirian. Dari sana saya jadi paham, bahwa manusia itu memang makhluk sosial. Jadi, merantaulah kemana pun kamu mau, tapi pastikan kamu penuh kebahagiaan dan tidak jadi merasa sendirian.
ReplyDelete