MERANTAULAH DAN KAMU AKAN MENGERTI


Halo temans,

        Buku Antalogi dengan judul Merantaulah dan kamu akan mengerti sekarang sedang proses penerbitan oleh penerbit Meta State Publishing. Proyek Antalogi ini merupakan yang ketiga kalinya saya ikuti. Senang bisa menjadi bagian dari penulis antalogi Batch 41 yang diselenggarakan penerbit.
Saya menulis tentang perjalanan saya merantau ke Palembang Sumatera Selatan. 
        Suatu perjalanan pertama yang jauh bagi saya saat itu, karena harus menyeberangi laut dan pulau. Belum pernah  saya alami sebelumnya. Bagaimana rasanya? Berat pasti, pertama kali berpisah dengan orang tua, adik dan saudara. Ke tempat yang baru tidak ada saudara dan tentu berbeda adat dan kebiasannya. Alhamdulillah bersyukur mendapatkan pengalaman tersebut...banyak mendapatkan hikmah....seperti apa kisah merantau saya..silahkan dibaca pada tulisan di bawah ini ya...bila ingin membaca kisah seruu dari penulis lainnya silahkan miliki bukunya...dengan PO dan tulis di comment...okay...terimakasih    


Melangkah Jauh, Menemukan Arti

Oleh: Kustinah S. Parto

 

              Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

 (QS. Al-Mulk :15)

 

Keberanian Untuk Memulai Perjalanan

              Pagi itu cuaca di kotaku Semarang sangat cerah, saya berangkat menuju bandara A. Yani diantar oleh bapak, ibu dan adik adik. Sungguh perasaanku berkecamuk antara sedih dan gembira. Sedih karena akan berpisah dengan orang-orang yang saya cintai.

 Juga sedih karena akan meninggalkan kota tercinta tempat aku lahir, dibesarkan dan menempuh pendidikan sampai Perguruan Tinggi. Namun merasa senang karena bisa membahagiakan hati ibu dan bapak memenuhi harapan nya bisa bekerja di Pertamina. 

Saya juga merasa senang karena pertama kali naik pesawat menuju tempat yang jauh, yaitu ke Palembang Sumatera Selatan. 

Selama perjalanan dalam mobil saya perhatikan ibu dan bapak lebih banyak diam. Saya bisa merasakan bagaimana beratnya melepas anak gadisnya pergi sendiri jauh dari orang tua. Hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya. 

Perbekalan, ibu telah membantu menyiapkan semuanya. Saya mengikuti saja apa yang ibu beri masukan. Yang selalu saya ingat pesan beliau adalah niat yang lurus hanya mencari Ridho Allah. Juga menjaga sholat wajib, sholat Tahajud dan menjaga adab sopan santun. Jangan sampai ada musuh. Berteman dan bersahabat dengan teman yang saling mengingatkan dalam kebaikan. Serta pesan ibu untuk menjaga makan yang halal dan baik.       

              Setelah masuk ke kabin pesawat, saya duduk sesuai nomor tempat duduk di kelas ekonomi yang sudah ditentukan.

              Pesawat transit di Jakarta kemudian kami turun menunggu di ruang transit bandara untuk kemudian ganti pesawat dan melanjutkan perjalanan ke Palembang.  

              Alhamdulillah saya tidak sendiri dari Semarang, ada sekitar 6 orang. Jadi tidak begitu terasa berat, karena ada teman tempat berbagi cerita. 

Sebelum mendarat di bandara Sultan Mahmud Badaruddin-II Palembang, dari atas jendela kaca pesawat saya dapat melihat Sungai Musi yang mengular sangat panjang serta lebar, membelah kota. Serta Jembatan Ampera yang menjadi icon kota Palembang.

 

Adaptasi dilingkungan baru

Agenda pertama setelah menginjakkan kaki di kota pempek ini adalah makan pempek  dan menghirup cuka nya. Banyak variasi pempek, mulai pempek kapal selam, pempek lenjer, telur, adaan dan keriting. Serta pempek lenggang yang menjadi kegemaran saya, yaitu pempek yang dicampur telur dan dipanggang diatas arang. 

              Kilang Minyak Plaju dan Sungai Gerong dilengkapi dengan Komplek Perumahan Pertamina Plaju dan Sungai Gerong. Perumahan Sungai Gerong posisinya terisolir, sekitar 30 menit perjalanan dengan Mobil pribadi untuk sampai Palembang. Menyeberangi Sungai Komering terlebih dahulu untuk sampai Plaju.

              Fasilitas komplek perumahan lumayan lengkap, seperti lapangan volley, lapangan sepak bola, kolam renang juga ada. Untuk sekolah dari TK sampai SMA. Fasilitas ibadah, Masjid dan Gereja serta Rumah Sakit. 

              Di Perumahan Sungai Gerong ada juga toko yang menjual barang kebutuhan pokok sehari-hari seperti sembako, alat tulis, dll. Itupun pukul 17.00 sudah tutup. Setelah itu, kami biasa mengandalkan stock bahan kebutuhan rumah tangga di rumah tetangga sampai menunggu keesokan paginya toko buka.    

 Kami ditempatkan di Hotel Taman Macan Sungai Gerong. Hotel nya bertempat di sebelah lapangan sepak bola dan seberangnya adalah Sungai Musi. Jadi kami bisa melihat indahnya Sungai Musi dari jendela kamar. 

              Hotel Taman Macan seperti rumah couple berderet, satu rumah terdiri dari 2 lantai. Lantai 1 dilengkapi dengan meja makan, ruang tamu dan kamar mandi. Sedangkan Lantai 2 terdapat 2 kamar. Kami bertiga, saya sekamar dengan teman dari Semarang, kamar yang lain diisi teman dari Palembang. Kami cepat akrab satu sama lain, sehingga hari demi hari kami lalui dengan senang hati. 

Sebelum diangkat menjadi pegawai, kami wajib mengikuti pendidikan selama 9 bulan.  Melalui Program Bimbingan Profesi Sarjana Teknik atau BPST. Kami angkatan 14. Satu angkatan terdiri dari berbagai jurusan Teknik, Seperti Teknik Kimia, Teknik Mesin, Sipil dan Elektro. Kami yang perempuan dari Teknik Kimia.

Setiap hari kami diwajibkan mengikuti training di kelas. Pengajarnya dari dalam Pertamina dan dari luar, yaitu Dosen ITB Bandung. Dari Senin sampai Sabtu kami mendapatkan pendidikan teori di kelas.

Kegiatan kami mulai pagi olah raga bersama, senam, jogging mengelilingi lapangan sepak bola kemudian mandi dan sarapan telah disiapkan di kantin. Sore setelah kelas selesai, mengerjakan tugas atau olah raga.

 Kami sering ikut Volley bersama dengan senior kami yang tinggal di komplek. Yang menyenangkan kalau ibu ibu nya membawa makanan untuk disantap bareng setelah olahraga. Jadi kami semakin kenal dan akrab dengan ibu dan bapak yang tinggal di komplek.

Setiap hari sabtu kami diberi fasilitas bus perusahaan untuk bersama sama ke kota Palembang. Karena waktu itu tahun 1990 belum ada mobile phone maka tujuan kami adalah ke Wartel atau warung telephone. 

Jangan ditanya seperti apa panjang antrian nya. Panjang sekali dan ramai, karena warga lokal ada juga yang ingin menggunakan fasilitas tersebut. Dengan sabar kami antri untuk dapat berkomunikasi dengan bapak, ibu dan adik-adik di Semarang.

Selain itu kami manfaatkan waktu untuk kulineran mencicipi makanan lokal dan nonton Bioskop. Kadang juga ikut teman sekamar ke rumah orang tuanya di daerah Pak Djo.

Mengenai keamanan waktu itu menjadi yang dipesankan oleh para senior. Untuk Hati-hati, karena masih sering terjadi penjambretan, perampokan dan bahkan pembunuhan.  

Pernah suatu ketika saya membeli pempek di sebuah warung pempek di Plaju. Menggunakan cincin emas di jari. Ibu penjual nya mengingatkan untuk melepas kalau, nggak ingin jari tangan saya putus kena tebas. Waduh ciut juga saya, seketika itu saya lepas dan simpan cincin saya.

  Pada hari ahad, apabila menerima undangan pesta pernikahan, saya usahakan untuk hadir. Pesta Pernikahan biasa diadakan di Gedung Pertemuan Ogan Theather yang ada di komplek Plaju. Undangan nya selalu banyak, sekitar seribu sampai menambah tenda di ruang gedung. Karena kekeluargaan warga di sana sangat kuat. 

Iring iringan pengantin dan orang tua duduk di pelaminan, setelah itu biasanya dibuka dengan tarian Pagar Pengantin dimana mempelai wanita ikut menari. Dengan busana pengantin songket bertabur benang emas maka membuat pesta pernikahan menjadi mewah. 

Untuk hidangan khas pada saat pesta adalah nasi minyak, daging malbi, ikan pentol, ayam kecap, tumis buncis, pindang ikan atau pindang tulang dan sambal mangga embem yang bikin nagih serta kemplang atau kerupuk ikan, buahnya pisang emas kecil yang manis. Saya sangat suka dengan menu makanan khas Palembang karena rasanya dominan gurih, sedikit pedas dan kaya rempah, tidak manis seperti kebanyakan makanan Jawa.    

Program pendidikan BPST mulai teori di kelas, On The Job Training atau OJT yang saya mendapat tugas di Dumai serta ujian. Juga ada Pendidikan Militer di Lahat. Saya dinyatakan lulus dan ditempatkan di Plaju. 

Jujur saya menangis mendengar keputusan tersebut, karena jauh dari tempat tinggal orang tua di Semarang. Harapan saya penempatan di Cilacap. Meskipun orang tua juga berharap yang sama, namun mereka berusaha menenangkan saya dan terus memberikan motivasi untuk tetap semangat.  “Allah lebih tahu yang terbaik buat hambanya,” begitu kata bapak.

 

Merajut Kesuksesan di Tengah Tantangan

Setelah libur pendidikan, saya kembali lagi ke Plaju dengan teman yang berbeda tentunya. Teman sekamar waktu pendidikan ditempatkan di Balikpapan. Saya mulai adaptasi dengan kehidupan yang sesungguhnya. Karena setelah diangkat menjadi pekerja, segala sesuatunya diurus sendiri. Mulai makan, laundry, transportasi dan untuk hiburan seperti TV harus membeli sendiri.

Kami masih diberi kemudahan untuk tetap tinggal di Hotel Taman Macan. Sambil menunggu rumah yang siap untuk kami tempati. Gajian pertama kali saya membeli TV patungan dengan sistem arisan berdua teman sekamar, bulan pertama menjadi milik saya dan bulan berikutnya giliran teman saya. Bulan ketiga membeli sepeda untuk dapat dipakai olahraga dan silaturahmi ke rumah teman. 

Bulan keempat alhamdulillah sudah mendapatkan rumah bujang di Jalan Beruang Sungai Gerong. Meskipun rumah sudah dilengkapi dengan furniture seperti Tempat tidur, lemari, meja dan kursi tamu, kompor LPG, namun elektronik lain seperti rice cooker, setrika dan peralatan masak tidak lengkap. Jadi harus beli sendiri. 

Ya Allah, baru tahu bahwa untuk peralatan makan saja lumayan banyak yang perlu diadakan mulai piring sendok, garpu, mangkok, gelas, cangkir, pisau dll. Terbayang kalau tidak pernah keluar dari rumah orang tua tidak akan pernah tahu bahwa segala sesuatu perlu modal tidak tiba tiba ada. 

Setelah pindah ke rumah, kakak-kakak senior saya yang sudah setahun masuk kerja dan nengok pada tertawa. “Kenapa jendela tidak ditutup gorden, belum ada ya. Pakai punya saya saja, saya sudah ada yang baru” katanya. Terimakasih kak, jawab saya.  

Begitulah keseharian kami, saling mengunjungi dan membantu. Setelah tinggal di rumah, saya yang biasa tinggal di rumah orang tua biasa dilayani. Mulai kesulitan untuk berbagi tugas antara rumah dan pekerjaan kantor. Apalagi pekerja baru, dituntut langsung gas pol kerja dengan target ketat. 

Syukur Alhamdulillah asisten rumah tangga teman ada yang menawarkan asisten yang sudah pernah kerja, jadi saya tidak perlu mendidik. Namanya Novi, orang Palembang jadi dia yang membantu saya mencuci pakaian, masak, membersihkan rumah. Novi tinggal di rumah bersama saya jadi ada teman cerita. 

Dari Novi saya banyak belajar bahasa Palembang. Suatu saat saya tanya. “Novi kalau ke pasar kamu naik apa? dari rumah naik sepeda bu, dititip di pos satpam selanjutnya ke Pasar Plaju naik Taxi. Gaya bener ke pasar naik taxi, dalam hati saya. Saya tanya lagi bayar berapa Nov? dia menyebut nominal. Murah sekali taxi di Plaju, pikir saya. Suatu saat saya tahu jawabnya, rupanya yang dimaksud Taxi adalah angkot kayu.  

  Penempatan kerja pertama saya di Fungsi Process Engineering. Saat itu saya satu satunya Engineer perempuan. Teman lainnya bapak-bapak.  Teman perempuan di kantor sekretaris dan bagian administrasi. Saya mulai sebagai Process Engineer.

Karena kami tinggal di Sungai Gerong dan kantor di Plaju, maka untuk transportasi kami berangkat dan pulang kerja bareng dengan teman teman menggunakan mobil dinas untuk operasional alokasi fungsi. 

Tinggal di Komplek perumahan di unit, teman rasa saudara, karena kami sama sama merantau. Dengan isteri dan anak-anak nya pun kami akhirnya dekat. Melalui Volley bersama sore hari, acara Arisan bulanan dari rumah ke rumah dan Family Gathering dengan Melakukan Musi Trip satu Fungsi. 

  Tahun ketiga kerja, saya dipertemukan Allah dengan laki-laki putra daerah Palembang. Kami menikah di Semarang dan suami mengijinkan saya tetap bekerja. 

Suami mengikuti saya tinggal di Komplek Rumah Dinas Perusahaan. Setelah sebulan menikah saya hamil anak pertama. Alhamdulillah diberi Amanah dari Allah kemudian melahirkan anak kedua 2,5 tahun kemudian.  

 Setelah berkeluarga dan diberi amanah Allah anak, kami berbagi peran dan mengatasi permasalahan bersama., Bahkan karir saya semakin meningkat, suami selalu mendukung penuh. 

Demikian juga saat itu saya ingin melanjutkan kuliah S2 di Fakultas Teknik Kimia Universitas Sriwijaya dengan biaya sendiri. Suami memberi izin dan ikut membantu berbagi tugas rumah tangga saat saya sibuk mengerjakan tugas kuliah.

Menularkan Pelajaran Hidup ke orang lain

  Banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan dari merantau, seperti jaringan pertemanan bertambah, mempunyai daya juang tinggi, lebih bertanggung jawab, meningkatkan toleransi. Juga keterampilan memasak saya meningkat. Saat acara Arisan Fungsi, kami buat acara demo memasak. Ibu-ibu yang asli Palembang praktek memasak pempek dengan berbagai varian nya. 

Pada saat lebaran pulang ke rumah orang tua di Semarang, saya biasa membawa Pempek dari Palembang. Alhamdulillah orang tua, adik-adik dan keluarga menyukainya. Ilmu yang saya dapatkan saya bagikan ke keluarga. Selain itu, saya juga suka memotivasi ponakan, saudara yang sedang silaturahmi ke rumah orang tua dengan menyebarkan virus merantau.

Juga kepada para orang tua, untuk jangan menghalangi anak-anaknya bila ingin keluar rumah. Karena sebagai orang tua tidak selamanya dapat mendampingi anak-anaknya. Dari kecil sudah dipersiapkan dasar akidah Islam yang kuat, juga prinsip beragama yang benar hanya berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Rasul. Maka sebagai orang tua hanya mendoakan, menyerahkan kepada Allah untuk menjaga anak-anak kita.   

Saya tinggal di Palembang selama 20 tahun, kemudian pindah tugas ke Kantor Pusat Jakarta. Banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan, yang tadinya sebelum merantau saya gadis suku Jawa lembut, manja, biasa dilayani di rumah. Setelah merantau bertemu dengan penduduk asli Palembang yang kalau bicara tegas, suara lebih keras dan lingkungan penuh tantangan. Menjadikan saya lebih Berani, Percaya Diri menghadapi berbagai masalah yang ada.   

Pulang sebagai orang yang lebih bijak

              Pada suatu saat kesempatan pulang ke Semarang, ibu pernah menyampaikan bahwa saya berbeda dengan sebelum merantau. Lebih mandiri, bijaksana dan bertanggung jawab untuk memotivasi Adik-Adik merantau dan membekali mereka dengan nasehat. Alhamdulillah ketiga adik saya juga mengikuti jejak saya merantau, ke Bandung, Lampung dan Jakarta.  

Berdasarkan Firman Allah swt pada QS.Al-Mulk ayat 15 yang telah disampaikan di atas, telah jelas bahwa generasi penerus Rasulullah diharapkan untuk merantau menjelajahi bumi Allah swt yang luas, memperluas wawasan  dan menikmati rezeki yang Allah berikan. Rasulullah Muhammad saw sendiri memberikan contoh dengan melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah, sebuah perantauan yang penuh hikmah dan keberkahan.

Semoga apa yang kita upayakan dimudahkan dan diridhoi Allah swt Aamiin   

Comments

  1. Saya pernah merantau ke Balikpapan, Kalimantan Timur, selama 6 bulan! Saya pikir ini waktu yang singkat, tapi kenyataannya saya merasakan tekanan luar biasa dalam perantauan karena (katakanlah) hidup sendirian. Dari sana saya jadi paham, bahwa manusia itu memang makhluk sosial. Jadi, merantaulah kemana pun kamu mau, tapi pastikan kamu penuh kebahagiaan dan tidak jadi merasa sendirian.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

PERKENALAN

11 Manfaat Menulis Buku Antalogi

PELUKAN AYAH