TAK AKAN MENYERAH
Halo Temas,
Buku Antalogi Tak akan menyerah merupakan sebuah karya dari 4 buku yang pernah saya ikuti. Diselenggarakan oleh penerbit Indscript. Saat itu saya mengambil judul Cahaya Al-Qur'an: Belajar Sepanjang Hayat, Menginspirasi Sepanjang Masa. Menceritakan bagaimana kesulitan saya saat belajar Tahsin Al-Qur'an, dengan susah payah melafalkan Huruf Hijiyah yang tidak pernah dipakai dalam percakapan sehari-hari serta mempelajari tajwid yang masih belum stabil melafalkan hukun ghunnah, ikfa dll.
Dengan kesabaran, semangat yang tidak akan menyerah serta terus memohon pertolongan Allah untuk dimudahkan dan dilancarkan serta istiqomah dalam belajar. Alhamdulillah mulai berkurang koreksi dari Ustadzah...bagaimana kisah selanjutnya...silahkan membacanya sampai tuntas ya..semoga dapat menginspirasi teman-teman semua...ini kisahku mana kisahmu...tulis comment dibawah ya...Sabda Rasulullah saw adalah Sebaik baik dari ummatku adalah yang belajar Al-Qur'an dan yang mengajarkanya....untuk mengetahui kisah lainya maka miliki bukunya dengan cara comment atau japri saya ya...terimakasih.
Cahaya Al-Qur'an: Belajar Sepanjang Hayat, Menginspirasi Sepanjang Masa
Kustinah S. Parto
Syukur alhamdulillah selalu saya panjatkan kepada
Allah karena masih diberi nikmat sehat dan umur sampai memasuki masa
purnatugas. Ini merupakan anugerah dari Allah karena banyak teman-teman seusia
yang sudah menghadap-Nya.
Saya bekerja di salah satu BUMN selama
kurang lebih 30 tahun. Sekitar 19 tahun bertugas di Plaju dan Sungai Gerong, Sumatra
Selatan dan 11 tahun di Jakarta. Kami tinggal di Bekasi sehingga saat masih
aktif bekerja harus sudah keluar dari rumah setiap habis salat Subuh agar bisa
lebih awal sampai kantor.
Rutinitas tersebut kami lakoni dengan
mobil pribadi diantar sopir sekaligus mengantar anak-anak yang kala itu masih
SMP dan SMA pindahan dari Plaju. Tiba di rumah, saat hari sudah petang atau
malam, begitulah kehidupan kami setiap harinya.
Hari libur, Sabtu, atau Ahad, kami
gunakan untuk istirahat di rumah, olah raga bersama keluarga, atau pergi ke pasar
untuk persiapan bekal selama seminggu. Jujur, kami jarang sekali berinteraksi
dengan tetangga, menghadiri undangan kajian di masjid, atau aktif di majelis
taklim.
Untuk santapan rohani, kami biasakan
mendengarkan tausiah ustaz melalui radio di mobil dan diusahakan hadir salat Zuhur
berjemaah di masjid kantor, kemudian mendengarkan tausyiah ustaz setelahnya.
Itu pun kalau tidak sedang ada tugas dari atasan yang harus segera diselesaikam
atau tugas ke luar kota.
Sebagai seorang muslimah, sungguh
suatu nikmat terindah yang sangat saya syukuri. Untuk itu, sebagai bentuk rasa
syukur kepada Allah berharap untuk dapat selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an, kitab
suci bagi kaum muslimin yang artinya bacaan. Sesuai namanya, kitab suci ini
mesti dibaca supaya makna dan ajarannya dapat dipahami, selanjutnya diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikannya pedoman hidup sebagai Global
Positioning System (GPS) kehidupan
untuk menuju surga.
Dulu, jika tersesat dalam perjalanan
menuju tempat tujuan, kita perlu bertanya pada orang lain dan sekarang hanya
dengan smartphone yang dilengkapi
dengan GPS, kita bisa langsung menemukan jawabannya.
Lalu bagaimana bila tersesat dalam
perjalanan kehidupan ini? Gunakanlah Al-Qur’an yang mulia ini sebagai pedoman
hidup karena memberikan petunjuk arah atau jalan untuk menuju ke surga. Setiap
persimpangan ada pemberhentian, lurus, belok kiri, atau belok kanan semua
dituntun oleh GPS ini.
Jika belok ke kiri maka ada azab
Allah yang sangat pedih. Namun jika memilih jalan lurus, kebaikan pun akan
didapat. Sungguh manusia diciptakan dengan berbagai kemudahan dari Allah,
tetapi sebagai manusia kadang sering mengingkari, bahkan lupa mensyukurinya.
Astagfirullah, ampuni kami ya Allah.
Sebagaimana kita ketahui, Al-Qur’an
adalah wahyu Allah yang diturunkan dengan bahasa Arab. Nabi yang menerimanya adalah
nabi Muhammad saw. yang juga berasal dari bangsa Arab dan berbicara dalam bahasa
Arab.
Al-Quran terdiri dari ayat-ayat. Ayat
terdiri dari lafaz-lafaz dan lafaz terdiri dari huruf-huruf hijaiah. Oleh
karena itu, bacaan Al-Quran tidak mungkin mencapai standar yang baik dan benar
kalau huruf hijaiahnya tidak diucapkan dengan makhraj dan sifat hurufnya.
Kaum muslimin yang non-Arab tentu
mengalami kesulitan dalam membacanya. Begitu juga dengan saya yang berasal dari
Jawa dengan dialek Jawa yang sangat kental, sungguh perlu perjuangan dan doa
karenanya sangat perlu untuk mempelajarinya.
Sungguh Allah mendengar doa hamba-Nya.
Setelah purnatugas, saya masih diberi waktu yang sangat berharga untuk berinteraksi
dengan Al-Qur’an. Untuk mempersiapkan bekal menghadap Sang Pencipta langit dan
bumi.
Saya mulai belajar mempelajari bacaan
atau tahsin, tafsir, tadabur, tahfiz Al-Qur’an, dan lain lain. Pada awalnya, waktu
terisi penuh mulai pagi pukul 05.15 WIB sampai dengan pukul 20.30 WIB, hanya
diseling istirahat makan dan salat.
Aktivitas mengikuti tausiah setelah Subuh
dari Komunitas Pejuang Subuh Masjid Raya Pondok Indah melalui Zoom meeting, kemudian kajian tauhid dari HSI
Dr. Abdullah Roy dengan halaqah secara online
yang disampaikan melalui grup WhatsApp. Selain itu, juga mendaftarkan diri
menjadi mahasantri MIRA dari Ust. Adi Hidayat, serta mengikuti kelas tahsin online, dan di masjid kompleks perumahan
pada lebih dari tujuh ustaz dan ustazah.
Sungguh kebahagiaan yang tak
terhingga dapat mengisi hari-hari bersama Al-Qur’an. Selain berkah waktu,
alhamdulillah kami juga dipertemukan dengan teman-teman salihah. Dengan adanya
teman satu frekuensi bersama Al-Qur’an maka saling memotivasi untuk membumikan
Al-Qura’n juga terjalin kekeluargaan yang indah.
Semoga circle pertemanan yang diniatkan karena Allah saling menyayangi
karena Allah, dimudahkan mengisi hari-hari bersama Al-Qur’an, dan saling
mengajak menuju surga.
Dari ustaz dan ustazah yang membimbing
saya belajar, mereka memiliki kesabaran yang luar biasa, telaten, serta teliti.
Saya berusaha mengikuti jadwal belajar tahsin dengan penuh perjuangan.
Saya juga sadar, di awal belajar
mempunyai banyak kelemahan di antaranya dalam melafalkan huruf hijaiah sesuai
makraj dan sifatnya. Sempat terlintas menyerah. Namun, ustazah sering menghibur
dengan menyampaikan hadis riwayat dari Aisyah ra yang berkata, “Rasulullah Muhammad saw bersabda, orang
yang membaca Al-Qur’an dan dia mahir membacanya, maka dia akan bersama para
malaikat yang mulia dan berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan
terbata-bata dan merasa kesulitan dalam membacanya, maka baginya dua pahala.”
Tidak terasa, kami sudah belajar
selama 1 tahun 7 bulan di BMI dengan ustazah Bunda Rita. Kami mengulang kembali
dari Iqra 1 sampai 6 hingga masuk ke Al-Qur’an dengan sistem talaki, yaitu
metode guru membacakan ayat dan murid menirukan bacaan gurunya secara
berhadapan.
Bunda Rita menyampaikan bahwa bacaan kami
sudah mulai lancar, baik, dan benar, bahkan kami dipersilakan untuk mengajar.
Hingga suatu hari, asisten rumah tangga yang kerja di rumah, saya tawarkan
untuk belajar membaca Al-Qur’an. Ia menyambut tawaran saya dan mulai belajar
setelah selesai bekerja.
Setelah beberapa kali belajar, ia
mengatakan pada saya kalau teman-temannya ingin belajar juga dan kami
melakukannya di musala. MasyaAllah, saya sangat terharu karena doa saya
dikabulkan Allah. Akhirnya setiap hari Rabu pukul 13.00 WIB sampai 15.00 WIB, kami
sepakati sebagai waktu belajar.
Seiring berjalannya waktu, jumlah
peserta yang awalnya hanya 15 orang, kini menjadi 35 orang. Pesertanya beragam,
ada yang belajar sambil menggendong bayi, ada ibu muda dengan anak balita di pangkuannya,
bahkan ada yang membawa makanan dan minuman untuk disantap bersama setelah
belajar.
Namun, ada hal yang tidak bisa
dihindari dalam proses pembelajaran ini. Setiap bulan, saya harus izin pulang
ke Semarang untuk menengok ayah yang usianya sudah 88 tahun. Ayah tinggal
sendiri karena ibu sudah mendahului berpulang menghadap Allah sekitar 5 tahun
yang lalu. Artinya, saya sering meliburkan kelas mengaji.
Kendala lainnya adalah letak musala yang
berada di tempat yang rawan banjir sehingga setiap hujan deras dan lama maka
kebanjiran. Namun dengan pertolongan Allah, semangat yang tetap tinggi dan
beberapa upaya yang dilakukan, ada dua tambahan teman yang bersedia untuk bergantian
mengajar.
Alhamdulillah senangnya hati kami
bisa melihat senyum ceria teman-teman, saudara seiman semangat belajar membaca
Al-Qur’an. Kami terus memohon pertolongan Allah untuk tetap istikamah dalam
ketaatan, beribadah kepada Allah sehingga suatu saat diwafatkan dalam keadaan
husnulkhatimah dan semoga kita masuk ke surga dengan rahmat-Nya. Amin.
Comments
Post a Comment