APAKAH AKU JADI KEBANGGANMU, PAPA?
Cover Buku Apakah Aku Jadi Kebanggaanmu, Papa?
Halo temans,
Kali ini saya ingin berbagi mengenai tulisan di buku Antalogi yang lain, temanya masih sama mengenai saya dan bapak. Tapi ini diselenggarakan oleh penerbit lain. Saya bandingkan koq sepertinya lebih bagus dari tulisan sebelumnya ya...kalau boleh sharing penyebabnya adalah pada saat membuat outline kalau sebelumnya hanya berupa kerangka tulisan saja sedangkan pada saat membuat tulisan di bawah ini selain kerangka tulisan juga disertakan rencana berapa jumlah halaman disetiap bab yang akan ditulis.
Kalau pada tulisan Pelukan Ayah, jujur saya seolah mengerem mendadak setelah jumlah halaman yang ditargetkan penyelenggara Antalogi sudah tercapau. Untuk mengedit lagi sudah malas apalagi sudah deket deadline, jadi dikumpulkan sedapatnya saja. Selain itu juga jam terbang kali ya...semakin rajin nulis dan membaca karya orang lain jadi lebih banyak kosa kata yang dimiliki.
Mau tahu seperti apa beda tulisan tersebut..silahkan disimak tulisan berikut ya dan jangan lupa comment dibawah untuk perbaikan karya selanjutnya..Bila berminat untuk memiliki bukunya jangan lupa hubungi saya terimakasih
BAHAGIA BERSAMA
STRATEGI BAPAK
Oleh: Kustinah
“Ridha Allah swt
bergantung kepada keridhaan orang tua, murka Allah swt bergantung kepada
kemurkaan orang tua”
(Hadist Riwayat Tirmidzi, Ibnu Hibban, hakim)
Saya lebih suka memanggil Bapak, dari pada
ayah atau papa. Lebih sesuai bagi saya sebagai keturunan jawa dan sudah menjadi
kebiasaan di keluarga kami. Bapak seorang yang sholeh, pintar, jujur, sederhana
dan tanggung jawab. Bapak lahir di Gombong, Kebumen anak ke-7 dari 13 saudara.
Meskipun Bapak terlahir dari
keluarga sederhana, kakek seorang pegawai bank dan nenek ibu rumah tangga.
Namun Bapak menyelesaikan Pendidikan Sekolah Pertanian Menengah Atas di
Yogyakarta. Serta melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Swasta di Semarang,
namun tidak selesai karena kendala waktu, jarak dan biaya.
Beliau mempunyai cita cita bahwa
pendidikan dan kehidupan anak dan keturunanya harus lebih baik dari dirinya.
Juga selalu nenanamkan pendidikan agama Islam sejak kami masih kecil untuk
bekal kehidupan akherat nanti.
Bapak ahli strategi
Bapak seorang pegawai negeri sipil atau
ASN sebutan saat ini, dari Kantor Pertanian Tanaman Pangan. Penempatan pertama
di Jakarta kemudian pindah ke kota kabupaten Purwodadi Grobogan Jateng. Kepintaran
Bapak sungguh memukau saya, terutama saat berbicara tentang ilmu tanaman pangan
dan lingkungan.
Bapak tidak pernah mengejar kekayaan,
tetapi lebih memilih menjadi ASN memulai karir dari penyuluh pertanian
lapangan. Waktu itu Ibu pernah bercerita, Bapak pernah ditawarin bekerja di
perkebunan yang lebih bagus penghasilan dan fasilitas namun beliau tolak.
Perawakan Bapak sedang dengan kulit sawo
matang seperti umumnya laki laki Jawa pada zamanya. Bapak sering bergerak,
aktifitas di luar rumah tidak bisa diam. Maka dokter bedah jantung yang
melakukan tindakan operasi by pass jantung (CABG) ketika itu mengatakan
bahwa Bapak seorang atlit.
Meskipun sehari hari Bapak sibuk bekerja,
namun Bapak tetap memiliki strategi untuk mengelola rumah tangganya. Juga
termasuk dalam mendidik saya dan adik adik. Sebagai pegawai kantoran Bapak
biasa membuat perencanaan, melakukan pekerjaan, evaluasi dan perbaikan.
Strategi tersebut beliau gunakan juga untuk mengelola semua peran nya, utamanya
sebagai Bapak dan kepala rumah tangga.
Di sela kesibukan kerjanya, Bapak selalu
terlibat aktif dalam pengasuhan anak anaknya. Memilihkan buku bacaan,
mendampingi dalam membaca buku dan majalah, sesuai perkembangan usia kami.
Bahkan dihari libur sering mengajak kami
rekreasi bersama sekeluarga dengan membawa bekal masakan ibu. Kami makan
bersama dipinggir jalan dibawah pohon rindang tepi sawah atau di taman rekreasi
sambil ngobrol dan kebersamaan yang menyenangkan.
Saya dan saudara
Bapak menikah dengan Ibu, dulunya seorang
gadis cantik puteri Kepala Desa yang berasal dari daerah tempat Bapak bekerja.
Ibu seorang guru matematika kelas 6 di Sekolah Dasar.
Ibu
seorang yang sholehah, pintar, nurut pada suami, disiplin dan selalu menanamkan
kepada kami jiwa kepemimpinan dan melatih mandiri sejak kecil.
Keluarga orang tua kami penuh ketenangan,
harmonis, Sakinah ma waddah wa Rahmah. Saya yang sejak kecil sampai dengan
kuliah semester awal tinggal bersama, tidak pernah melihat Bapak dan Ibu
bertengkar hebat.
Kalaupun mereka berbeda pendapat, Ibu akhirnya
cenderung menurut apa kata Bapak. Demikian pula kalau Ibu harus dengan nada
tinggi bila mengingatkan anak laki laki nya yang pulang malam. Atau menegur
anak perempuanya yang tidak bergegas menunaikan sholat ketika adzan telah
berkumandang, Bapak memilih diam meng aminkan saja.
Saya sangat bersyukur terlahir dari Ibu
dan Bapak yang luar biasa hebat. Saya anak pertama dari empat bersaudara.
Sebagai anak paling tua, menjadi harapan orang tua untuk sukses dan menjadi
contoh adik adiknya.
Strategi Pendidikan Untuk Saya
Kehidupan saya
selama menempuh Pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas
(SMA) Semester satu saya jalani di kabupaten Purwodadi Grobogan. Karena Bapak
dan Ibu bekerja di daerah tersebut.
Pada saat saya SMA bapak pindah
tugas ke Semarang. Sesuai strategi Bapak untuk Pendidikan Putera puterinya
harus disekolah negeri. Terkait dengan kemampuan ekonomi dan juga lokasinya
paling dekat dari rumah. Kami hanya berjalan kaki ke sekolah.
Kemudian kami anak anak nya juga
pindah sekolah ke Semarang. Bapak meminta saya ke SMAN 1 Semarang. Alhamdulilah
diterima, maka saya sebagai siswi baru di sekolah tersebut.
Sungguh berbeda sekali sekolah di
kota besar, yang jelas mereka lebih pinter. Kegiatan extrakulikuler banyak
pilihan, fasilitas sekolah juga lengkap.
Kebanyakan anak pejabat, berangkat naik
mobil diantar sopir. Sepatu bermerek dan tas kulit dengan gantungan kunci yang
banyak sehingga kalau berjalan bergoyang goyang dan mengeluarkan bunyi
gemerincing. Sungguh waktu itu saya ingin memiliki juga. Tetapi kata Bapak
harus diterima di Perguruan Tinggi Negeri terlebih dahulu.
Bersyukur saya diberi kemampuan
intelegensia yang lumayan pintar, sehingga tidak mengalami kesulitan untuk
mengikuti Pelajaran di sekolah baru..
Sesuai dengan strategi Bapak, tetap
menyekolahkan anak anaknya di sekolah negeri. Demikian juga dengan Perguruan
Tinggi. Untuk itu kami selalu belajar dengan semangat tinggi. Namun Ibu dan Bapak
juga meluangkan waktu untuk mengajari kami bila ada kesulitan belajar.
Sejak kecil saya bercita cita untuk
menjadi Insinyur Pertanian mengikuti jejak Bapak. Ingin kuliah di UGM
Yogyakarta. Namun Bapak tidak setuju, karena harus kuliah keluar kota, jauh
dari orang tua.
Bapak ingin saya masuk Fakultas
Teknik Kimia. Kelak bekerja di Pertamina, BUMN yang bergerak di bidang Energi. Ya
Allah sungguh Teknik bukan passion saya, apalagi Teknik Kimia. Waktu itu
sungguh saya merasa takut dan menanggung beban berat sekali. Saya kuatir tidak
dapat memenuhi harapan Bapak. Membayangkan belajar di Fakultas Teknik saja
sudah membuat pusing kepala.
Saya hanya bisa mengadu menangis ke
pangkuan Ibu. Namun Ibu tetap menyarankan saya untuk memenuhi keinginan Bapak.
“Tidak ada orangtua yang menjerumuskan anaknya nak, Insya Allah ridha
orangtua memudahkan dan melancarkan usahamu” demikian kata Ibu.
Akhirnya Bapak yang mengisikan
formulir pendaftaran ke Perguruan Tinggi Negeri. Sebagai pilihan Pertama Teknik
Kimia Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dan pilihan kedua Fakultas Hukum.
Alhamdulillah saya diterima
di Fakultas Teknik Kimia Undip. Ucapan selamat dan pelukan hangat Bapak dan Ibu
begitu melegakan saya. Demikian juga adik adik turut memberi selamat dan
dukungan penuh ke saya.
Setelah itu bagaimana?
Setelah itu benar-benar perjuangan
hidup saya dimulai, “Ya Allah, “Bismillahirrohmanirrohim”
Semoga niat ini
selalu tulus Ikhlas mencari ilmu karena Allah swt, ingin membahagiakan orang
tua dan membantu saudara dan sesame. “Selalu focus, semangat belajar, langkah
menjadi mantab karena dibersamai dan ditolong Allah swt.” Pinta saya.
Kehidupan Kuliah Saya
Semester satu
adalah masa terberat dalam kehidupan kuliah. Saya beradaptasi dengan teman,
lingkungan kampus dan pelajaran yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuan
saya.
Benar adanya, pada saat pengumuman hasil
ujian semester satu, sungguh hatiku hancur sehancur hancurnya. Karena nilai
ujian ada beberapa yang tidak lulus dan harus mengulang pada semester depan.
Saya sedih dan menangis sendiri di kamar, sambil membayangkan bagaimana
kecewanya Bapak.
Sambil bertemu dengan dosen wali
saya masih menangis takut gagal karena Pelajaran semester berikutnya bertambah
sulit. Saya sampai berpikir untuk berhenti saja. Namun dosen wali saya tetep
memberikan semangat bahwa saya mampu.
Lekat dalam ingatan, ketika menjalani
kuliah semester dua, bila malam sedang belajar sendiri di kamar, Ibu dan Bapak
tidak berhenti memotivasi. “Semangat belajarnya, ya nak. Jangan lupa setiap
malam bangun salat Tahajud dan puasa Senin-Kamis.”
Ibu dan bapak juga selalu mendo’a kan mu
semoga Allah memudahkan dan melancarkan usahamu. Demikian juga kalau masa ujian
tiba, ibu dan bapak terus memberi dukungan berupa motivasi dan do’a.
Meskipun di Fakultas Teknik terkenal
banyak mahasiswa laki-laki, tetapi bersyukur di fakultas Teknik Kimia waktu itu
masih banyak perempuanya, cantik dan pintar.
Kami lebih enak untuk diskusi, mengerjakan
tugas, mencari soal-soal ujian tahun
sebelumnya untuk dikerjakan bersama sama bila akan ujian semester.
Alhamdulillah semester dua dan seterusnya
saya dimudahkan Allah untuk mengikuti perkuliahan, praktikum, dan tugas tugas
yang lain.
Akhirnya saya sampai pada tahap mengerjakan
tugas skripsi. Saat itu mendapat khabar gembira bahwa kami diminta segera
menyelesaikan dan mendapat bantuan dana yang lumayan besar. Karena kebutuhan
industri sudah menanti dengan berbagai proyek Pemerintah.
Alhamdulillah dengan perjuangan dan do’a
orangtua saya dinyatakan lulus ujian
skripsi setelah menyelesaikan tugas. Dapat mengikuti wisuda sarjana Bersama-sama
dengan Teman-Teman Perempuan kami.
Kehidupan
Awal Kerja
Saat itu
saya diterima di Pertamina Direktorat Pengolahan. Sebelum bekerja mengikuti
program Bimbingan Profesi Sarjana Teknik atau BPST selama Sembilan bulan di
Plaju, Sungai Gerong Palembang.
Penerimaan pekerja waktu besar besaran
sekitar seratus orang. Pekerja perempuanya 8 orang semuanya dari Teknik Kimia.
Setelah Pendidikan kami ditempatkan
keseluruh Indonesia. Karena orang tua domisili di Semarang, berharap
ditempatkan di Cilacap. Namun penempatan saya di Plaju. Tapi karena sudah
bersedia ditempatkan Dimana saja maka saya menjalaninya dengan Ikhlas dan senang
hati.
Pada mulanya berat bagi Bapak dan Ibu
melepas saya untuk bekerja merantau jauh diluar Jawa. Mengingat saya anak
Perempuan yang belum pernah pisah dari orang tua.
Untuk mendidik anaknya mandiri, setelah
lulus kuliah kami dibiasakan keluar dari rumah. Mencari kerja dan mencari
wawasan baru di luar rumah.
Bapak dan Ibu berpesan kepada saya untuk
selalu menjaga sholat, dzikir dan sholawat. Beruntungnya dari Teknik Kimia
Undip banyak yang diterima, sehingga saya mempunyai teman dari Semarang. I
Menikah
dan Punya Anak
Setelah tiga tahun
bekerja, saya dipertemukan Allah swt dengan lelaki seiman, putera asli
Palembang. Yang selanjutnya melamar saya dan kemudian kami melangsungkan
pernikahan di Semarang.
Meskipun tugas dan tanggung jawab Bapak
sudah diambil alih oleh suami, namun sosok dan kasih sayang yang tulus dari Bapak
tidak akan tergantikan.
Hanya sebulan berselang setelah
menikah, alhamdulillah saya dinyatakan hamil. Sungguh bersyukur selama tiga
bulan kehamilan saya tidak mengalami kesulitan yang berarti selama bekerja.
Namun pada hamil empat bulan, ada
pendarahan sehingga saya harus opname di Rumah Sakit. Total bed rest. Sungguh
sedih mendengar Keputusan dokter waktu itu. Penyebabnya Plasenta Previa, yaitu
kondisi plasenta berada dibawah Rahim sehingga menutupi Sebagian jalan lahir.
Ibu dan bapak terus memotivasi saya
untuk semangat, mengikuti saran dokter dan terus berdo’a. Allah swt maha
mendengan doa hambanya. Suatu saat diputuskan saya melahirkan normal. Atas ijin
suami boleh melahirkan di Semarang untuk dekat dengan orang tua.
Melalui persalinan normal dengan
bantuan ekstrasi vakum, anak pertama saya laki laki dengan Berat 3,3 kg dan
Panjang 51 cm lahir di Rumah Sakit Bunda Semarang.
Setelah pulang dari rumah sakit, Bapak
yang membantu saya memandikan bayi dan mengganti popok. Karena Ibu nengok budhe
yang sedang sakit di Surabaya. Bapak begitu menikmati kebersamaan dengan cucu
dan terlihat sangat senang bersama cucu pertamanya.
Dua setengah tahun berikutnya anak
kedua saya lahir di Palembang. Bapak dan Ibu yang ke Palembang. Karena bapak
sudah pension jadi mempunyai banyak waktu untuk membersamai cucu keduanya.
Kehidupan
Pensiun Saya
Pensiun merupakan
anugerah dari Allah swt. Saya sudah siap dan Ridho atas ketetapan Allah. Dengan
mengucap Syukur alhamdulillah, hanya dengan ijinnya saya dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan selamat, aman dan Bahagia.
Masa pension saya lebih focus ke
keluarga dan ibadah. Merdeka dari rutinitas kerja selama 30 tahun. Meneladani
masa pensiun Rasulullah Muhammad saw.
Dalam Kitab Sirah Nabawiyah Rasulullah
Muhammad saw memulai hidup baru di usia 40 tahun. Di usia yang sudah tidak muda
lagi Rasulullah memasuki masa perjuangan baru, meninggalkan kenyamanan yang
selama ini beliau rasakan.
Mulai usia 53 tahun justru beliau makin
aktif membina hubungan dengan sesama manusia. Membangun Masyarakat madani di
Madinah. Pensiun Rasullullah Muhammad saw adalah kematian.
Sebagai Uswatun hasanah, Rasulullah
merupakan sosok teladan ummat Islam. Keteladanan Rasulullah bukan hanya dalam
dakwah, akhlak, dalam beribadah kepada Allah. Namun wajib kita teladani dalam
segala hal di kehidupan
ini, termasuk pension.
Setiap
bulan saya mengunjungi Bapak yang tinggal di Semarang. Menemani kontrol ke
dokter Specialist Jantung, mengunjungi saudara dan sekedar ngobrol
dengan Bapak. Kami juga aktif dengan kegiatan sosial keagamaan.
Pernah
dalam suatu kegiatan sosial, tetangga menyapa saya dan menyampaikan bahwa Bapak
sering menceritakan saya kepada tetangga. Betapa senang dan bangganya Bapak
terhadap puteri sulungnya. Saya sungguh terharu mendengar cerita tetangga
tersebut. Pernyataan tersebut juga saya pernah dengar dari saudara Bapak.
Bahkan dijadikan contoh untuk menasehati anak anaknya.
Karena daerah tempat tinggal Bapak rawan
banjir, maka saya bersama Bapak juga terlibat dalam memberikan solusi berupa
peninggian jalan, kebersihan saluran air dengan pengerukan sedimen dan
membersihkan eceng gondok.
Membantu koordinasi dengan Lurah, Camat, Kepala
Dinas terkait, bahkan sampai ke Ibu Walikota.
Alhamdulillah dengan kerja sama seluruh warga diiringi dengan doa dan dukungan
dari pemerintah kota maka telah selesai peninggian jalan dan pembersihan
saluran air, program selanjutnya adalah pembuatan taman. Semoga Allah mudahkan.
Aamiin.
“Alhamdulillah, saya baru saja dapat rezeki,
Yah” begitu pekik kegirangan saya kepada suami. Waktu itu temen semasa kuliah
mengajak saya mengikuti kelas Tahsin Al-Qur’an secara online melalui zoom
meeting. Bersama Berkah Mulia Indonesia atau BMI dengan Ustadzah Bunda Rita.
Belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an itu
sangat penting dalam kesehidupan keseharian kami. Apalagi dibaca dalam
rutinitas kewajiban shalat yang Allah swt perintahkan. Tentu harus benar sesuai
makraj, sifat huruf dan kaidah tajwid nya saat melafalkanya.
Setelah dua tahun belajar tahsin, akhirnya
kami mulai menghafal Al-Qur’an dengan methode talaqqi mulai dari Juz 30 ayat
terakhir surah An-Nas. Dengan usia yang tidak muda lagi sungguh suatu
perjuangan bagi kami. Namun kami sadar bahwa hadiah terbesar dari Allah untuk
penghafal Al-Qur’an bukanlah banyak nya juz yang dihafal tapi semakin dekatnya
dengan Allah swt.
Semoga kami senantiasa istiqomah bersama
Al-Qur’an dan Allah selalu memberikan Rahmat dan Ridho-Nya serta senantiasa
bahagia bersama Al-Qur’an. Aamiin.
PENUTUP
Saat
ini bapak berumur 88 tahun. Alhamdulillah beliau masih gagah diusianya, pergi
sendiri ke masjid untuk sholat Jum’at naik sepeda. Daya ingatnya sangat bagus.
Bahkan saat memberi sambutan pada reuni keluarga, nada bisara jelas dan kata
katanya mengalir terstruktur.
Bapak
saat ini tinggal di rumah sendiri, karena ibu sudah berpulang mendahului kami 5
tahun yang lalu. Mumpung bapak masih ada, pintu surga itu masih ada, meskipun
tinggal satu. Sungguh Orang tua jalan menuju surga.
Terimakasih
bapak atas kasih sayang yang tulus kepada kami. Atas teladan yang selalu bapak
berikan, juga strategi bapak dalam pengasuhan dan pendidikan kami. Sungguh kami
sangat beruntung, senang dan bahagia menjadi anak bapak.
Kami
tanamkan dalam benak dan hati kami bahwa “Ridha Allah swt itu ada pada Ridha
orang tua”.
Semoga
Allah swt senantiasa memberikan kemudahan bagi kami anak anak dan cucu cucu
bapak untuk bisa rendah hati, sabar dan patuh terhadap bapak atas hal hal baik
yang bapak minta. Juga untuk bisa senantiasa hadir membersamai bapak dimasa tua
nya.
Saya
juga lega dan senang sudah membuat bapak bangga kepada saya. Semoga bapak Ridha
sehingga Allah swt menjadi Ridha.
Rasul
Muhammad saw bersabda “Sungguh celaka, sungguh merugi, seorang anak yang
masih mendapati ibu atau bapaknya, sedang dia tidak masuk ke dalam surga,
karena mestinya dia mampu berbakti kepada keduanya”
Comments
Post a Comment